Sekitar 75 persen dari teman yang udah gue beri film Fight Club pasti
mengatakan bingung filmnya bercerita tentang apa. Gue dulu juga awalnya
begitu. Apalagi setelah browsing sana sini, sangat sedikit sekali
situs/blog lokal yang membahas tentang film ini. Tidak mengherankan
mengingat fight club dirilis tahun 1999 ditambah lagi dvd nya juga sulit
dicari. Gue sendiri mesti mengunjungi lebih dari 25 kios dvd hingga
akhirnya menemukannya, itupun subtitle nya masih berbahasa inggris. Gue
harus berpikir keras untuk memahami kata-kata dan istilah-istilah yang
keluar dari mulut tokoh utamanya dan baru benar-benar paham setelah
menonton sebanyak tiga kali.
Berhubung masih banyak juga teman gue yang penasaran dengan film ini, berikut gue sajikan reviewnya. Selamat membaca!
Fight Club merupakan film hasil adaptasi dari Novel karya Chuck Palahniuk yang berhasil memenangkan Oregon Book Award
untuk kategori best novel pada tahun 1997. Konon, cerita dari fight
club merupakan penggambaran dari kisah hidup novelisnya sendiri.
Kesuksesan novel itu membuat seorang sutradara bernama David Fincher
(yang juga menyutradarai The Social Network pada tahun 2010) tertarik
untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan menggandeng beberapa aktor
ternama saat itu seperti Edward Norton dan Brad Pitt.
Storyline:
Fight Club berkisah tentang seorang pria sebatang kara tak bernama
(Edward Norton) yang bekerja di perusahaan otomotif. Tekanan kerja yang
berat ditambah seringnya dia melakukan perjalanan bisnis ke luar kota
membuatnya mengalami kelelahan fisik dan mental. Dan manifestasi yang
paling nyata dari kelelahan fisik dan mentalnya itu adalah Insomnia.
Berkat “nasehat” seorang dokter, pria itu akhirnya mendapatkan suatu
terapi untuk menyembuhkan insomnianya, yaitu dengan mengikuti Support
Group. Remaining Man Together, support group untuk para penderita kanker
testicular adalah yang pertama diikutinya sekalipun dia tidak menderita
penyakit tersebut. Ajaibnya, setelah mengikuti grup tersebut dia sembuh
dari insomnianya. Pria ini pun akhirnya ketagihan oleh efek dari
support group sehingga setiap hari dia selalu mengikuti support group
untuk penyakit yang berbeda-beda dan dengan nama samaran yang
berbeda-beda pula.
Kegiatan penuh kebohongan pria tersebut terus berlanjut hingga akhirnya
di suatu support group, dia bertemu dengan wanita bernama Marla Singer,
seorang anggota palsu seperti dirinya. Marla hampir selalu hadir di
semua support group yang ada sama seperti dirinya. Kehadiran Marla
membuat pria ini merasa terusik sebab kehadiran permpuan tersebut
seakan-akan menjadi cermin dari semua kebohongannya. Tidak tahan dengan
hal itu akhirnya pria tersebut mengajak marla untuk mengatur jadwal
kehadiran support group agar mereka tidak saling bertemu.
Hari-hari pria ini terus berlanjut hingga akhirnya dalam perjalanan
liburannya ke pantai LAX pria ini bertemu seorang sales sabun bernama
Tyler Durden (Brad Pitt) di pesawat. Selain bekerja sebagai sales sebuah produk sabun yang dibuat dari lemak hasil Liposuction,
Tyler juga bekerja paruh waktu sebagai operator proyektor dan pelayan
di sebuah hotel. Hanya saja, tyler melakukan perkerjaannya dengan cara
yang gila, seperti sengaja menyelipkan suatu potongan adegan film porno
pada sebuah film keluarga dan mengencingi piring-piring yang akan
digunakan untuk jamuan makan malam sebuah hotel. Setelah mengobrol
singkat, pria ini akhirnya tertarik dengan sosok Tyler yang dinilainya
cerdas dan penuh ide-ide ekstrim.
Namun ketika pulang, pria ini mendapati apartemennya terbakar. Hal itu
memaksanya menghubungi nomor yang ada pada kartu nama Tyler karena pria
itu memang tidak mempunyai siapa-siapa. Pria itu pun meminta kepada
Tyler untuk mengizinkannya menginap. Tyler setuju dengan dengan syarat
pria itu harus memukulnya sekeras mungkin. Awalnya pria itu merasa aneh
dan enggan melakukannya, tetapi karena terus dipaksa akhirnya pria itu
memukul telinga kiri Tyler. Dengan separuh tertawa, Tyler malah membalas
dengan memukul dada pria itu. Perkelahian pun terjadi. Akan tetapi,
perkelahian mereka bukanlah perkelahian sungguhan. Perkelahian mereka
lebih untuk tujuan bersenang-senang. Mereka pun akhirnya rutin melakukan
hal ini. pria itu mengaku merasa lega setiap kali selesai berkelahi
dengan Tyler dan kini mulai meninggalkan terapi support group dan
menggantinya dengan berkelahi di jalanan. Hingga akhirnya tindakan
mereka berdua menarik perhatian banyak lelaki lain. Inilah cikal bakal
terbentuknya Fight Club. Sebuah klub berkelahi tangan kosong untuk kesenangan.
Keberadaan Fight Club semakin meluas dan sebagai pendiri, Tyler
menerapkan peraturan yang harus dipatuhi setiap anggotanya. Peraturannya
adalah:
1.Jangan berbicara tentang Fight Club
2.Jangan berbicara tentang Fight Club
3.Jika seseorang telah mengatakan berhenti atau menyerah baik itu berpura-pura atau tidak, maka pertarungan harus berakhir.
4.Dua orang dalam tiap pertarungan dan setiap pertemuan satu pertarungan bagi yang telah siap.
5.Tanpa sepatu dan baju dalam setiap pertarungan.
6.Pertarungan berlangsung selama yang dibutuhkan.
7.Jika kamu baru bergabung di fight Club maka kamu harus bertarung.
Dalam waktu singkat anggota Fight Club bertambah banyak dan meluas
hingga ke berbagai kota. Hal ini membuat Tyler melanjutkan kegiatan
klubnya menjadi Project Mayhem yang bermarkas di rumahnya.
Proyek ini bertujuan menghancurkan peradaban dengan melakukan berbagai
aksi vandalisme ke seluruh penjuru kota. Dan sebagaimana Fight Club,
Project Mayhem ini juga memiliki peraturan yang harus dipatuhi oleh
setiap anggotanya:
1.Kau tidak boleh bertanya apapun
2.Kau tidak boleh bertanya apapun
3.Tidak ada alasan
4.Tidak ada kebohongan
5.Kau harus mempercayai Tyler
Pada mulanya, pria itu mendukung aksi project mayhem yang dipimpin oleh Tyler, akan tetapi ketika Bob,
salah seorang anggota yang dulunya juga merupakan teman si pria di
support group kanker testicular, tewas ditembak polisi, ia mulai kontra
dan merasa ada yang tidak beres pada diri Tyler.
Puncaknya ketika Tyler berencana meledakan gedung tertinggi bernama Parker-Morris
yang dianggapnya sebagai simbol kemunafikan dan kegagalan budaya
masyarakat. Mengetahui rencana Tyler tersebut, si pria itu pun dengan
segala cara berusaha menghentikannya. Dan betapa terkejutnya ia ketika
mengetahui siapa sosok Tyler Durden sebenarnya.
Komentar
Secara keseluruhan, film ini bagus. David Fincher sangat berhasil
mengeksekusi poin-poin penting dalam novel menjadi sebuah scene yang
utuh dalam film. Dari segi akting, jangan ditanya lagi, Edward Norton
dan Brad Pritt adalah jaminan mutu. Mereka berdua bermain sangat apik.
Dialog mereka begitu mengalir dan membuat gue terkagum-kagum.
Untuk sebuah film keluaran tahun 1999, sinematografi film ini juga patut
diacungi jempol. Suasana kelam terjaga dari awal sampai akhir, plus
efek-efek khusus yang dihadirkan di sela-sela cerita seperti ketika
narasi menjelaskan bagaimana kronologis terbakarnya apartemen si pria
juga memperkaya penggambaran suasana film.
Tapi yang menjadi keunggulan nyata dari film ini justru terletak pada
endingnya. Apalagi bagi yang belum baca novelnya, ending film ini
benar-benar bikin kita menggeleng-gelengkan kepala. Sangat tak terduga.
Untuk sebuah drama psikologis, film Fight Club bisa dikatakan hampir
sempurna. Akan tetapi bagi yang tidak suka berpikir, atau tidak suka
film-film yang terlalu banyak dialog dan berplot aneh, film ini mungkin
tidak akan ditonton lebih dari 30 menit.
0 komentar:
Posting Komentar