The Girl with the Dragon Tattoo (2011)Pada tahun 2009, sineas Swedia
Niels Arden Oplev sempat memancing perhatian para insan perfilman dunia kala film garapannya Män som hatar kvinnor atau dalam bahasa Inggrisnya berjudul
The Girl with the Dragon Tattoo berhasil ‘menyihir’ banyak pihak, khususnya kalangan kritikus Hollywood yang dikenal dengan kritikan tajamnya. Mengangkat tema kisah penyelidikan seorang jurnalis yang disewa untuk memecahkan kasus seseorang yang sudah hilang selama 40 tahun, Oplev sukses menampilkan sebuah drama thriller yang tidak hanya solid di segi cerita, namun juga mampu mengedepankan sosok karakter kuat yang unik dalam wujud gadis hacker Lisbeth Salander. Tidak hanya itu pula, cakupan film yang kisahnya diangkat dari novel karya
Stieg Larsson ini sangatlah luas dari sekadar menampilkan sosok jurnalis pemurung dan computer hacker biseksual karena di dalamnya juga memuat banyak intrik, korupsi politik, pembunuh berantai, misteri ruang tertutup ala Agatha Christie, serta adegan pemerkosaan yang mencolok.Menyajikan kisah yang sama sekali tidak umum untuk ukuran film Swedia, serta menghibur namun tetap bergaya artistik khas Eropa, film ini sukses luar biasa dan berhasil menuai banyak penghargaan dari berbagai festival film internasiona yang diikutinya. Singkatnya, film ini didapuk menjadi film Swedia terbesar sepanjang masa, bahkan menjadi salah satu film paling
fenomenal di seantero Eropa. Maka dikarenakan deretan prestasi itulah, tidaklah mengherankan jika film ini kemudian menjadi sasaran untuk di-remake pihak Hollywood. Remake film ini juga sekaligus merupakan kiprah penyutradaraan terbaru David Fincher selepas menuai apresiasi yang luar biasa setahun yang lalu lewat
The Social Network.
Penerbit majalah politik Swedia Millennium; Mikael Blomkvist (
Daniel Craig) mengira bahwa dirinya akan menjadi jurnalis keuangan yang berhasil menguak kasus raksasa dalam sejarah perekonomian Swedia, sebelum dirinya menyadari bahwa informasi penting mengenai pebisnis kaya raya Hans-Erik Wennerström (
Ulf Friberg) yang telah dia dapatkan adalah informasi palsu dan membuatnya terancam dijatuhi hukuman kurungan selama 3 bulan, yang baru akan aktif dijalaninya 6 bulan kemudian. Untungnya, harapan lolos dari balik jeruji penjara datang menghampiri ketika Henrik Vanger
(Christopher Plummer) menyewa dirinya untuk menyelidiki misteri nasib sang keponakan; Harriet Vanger yang hilang 40 tahun yang lalu, dengan iming-iming janji bakal memberikan sebuah informasi kunci yang akan sanggup menebus kasus kekalahan Blomkvist di pengadilan, selain tentunya bayaran yang sangat besar. Sebelum memilih sang jurnalis, Vanger telah melakukan penyelidikan terhadap sejarah pribadi dan karir Blomkvist melalui seorang hacker gothik bernama Lisbeth Salander (
Rooney Mara).
Namun, ketika gadis muda bertato naga dan berperawakan kecil kurus itu masuk dalam putaran kasus yang pelik ini, segalanya menjadi rumit karena ternyata banyak pihak yang terlibat dan terlalu banyak cerita yang terpendam. Investigasi yang dilakukan Blomkvist dan Lisbeth bukan hanya membawa keduanya masuk ke dalam labirin kelam keluarga kaya raya ini, namun juga ke dalam persoalan politik yang menimpa Eropa di saat-saat itu. Tentu saja, keluarga Vanger tidak tinggal diam melihat seluruh catatan masa lalunya yang kelam ‘ditelanjangi’ satu persatu. Mau tidak mau, Blomkvist dan Lisbeth harus siap menghadapi anggota-anggota keluarga Vanger yang merasa ‘terusik’ dan siap membantai mereka.
The Girl with the Dragon Tattoo versi Hollywood ini sudah barang tentu sedikit banyak akan mirip dengan apa yang sudah dituangkan dalam film Swedia-nya. Mengenai hal ini, sebenarnya banyak pihak yang menyayangkan keberadaan versi Hollywood-nya ini. Pasalnya, di luar kendala bahasa, versi film Swedia-nya telah diakui sangat memuaskan kualitasnya dan sempat muncul keraguan bahwa versi Hollywood akan merusak franchise saga yang di negerinya dikenal sebagai The Millennium Series ini, karena mengingat reputasi Hollywood yang sangat buruk berkenaan dengan kiprah hasil adaptasi film-film sukses dari belahan dunia yang lain. Tidak mengherankan jika banyak pihak yang menganggap bahwa film ini dianggap proyek remake yang tidak perlu. Beruntung, sineas yang menangani proyek ini adalah
David Fincher yang merupakan orang paling tepat untuk menggawanginya. Pasalnya, Fincher tidak asing lagi dalam hal menangani film-film dengan tone serupa, seperti yang sudah dibuktikannya dalam karya-karya sebelumnya, antara lain:
Se7en,
Fight Club, maupun
Zodiac.
Seperti The Social Network, film arahan Fincher ini diganjar dengan 5 nominasi di
Academy Award yaitu Best Editing Film, Best Cinematography, Best Sound Editing, Best Sound Mixing, dan yang bergengsi adalah Best Actress in Leading Role untuk Rooney Mara. Meski film ini hanya membawa pulang satu piala Oscar saja untuk Best Film Editing bagi
Angus Wall dan
Kirk Baxter di acara Academy Awards ke-84 yang diselenggarakan tanggal 26 Februari 2012 lalu, film ini mendapat lampu hijau dari Sony untuk dibuat sekuelnya; The Girl Who Played With Fire. Kemungkinan sekuel pertama ini akan dibuat secara bersamaan dengan sekuel keduanya; The Girl Who Kicked the Hornest’ Nest untuk rilis tahun 2013. Daniel Craig dan Rooney Mara telah dikontrak untuk melanjutkan peran mereka di film kedua dan ketiga, namun belum dipastikan apakah David Fincher akan duduk lagi sebagai sutradara untuk kembali menggawangi proyek sekuelnya. Semoga saja. (Sumber: Majalah Cinemags Edisi Januari 2012).
iMDB Rating: 8.1/10
Sutradara: David Fincher
Pemain: Daniel Craig,
Rooney Mara,
Christopher Plummer,
Stellan Skarsgård
Batas Usia: Untuk dewasa karena kekerasan brutal, adegan seks vulgar dan ketelanjangan, serta bahasa.
Subtitle: Subscene
Film: Mediafire |
Indowebster
0 komentar:
Posting Komentar