Selasa, 20 Maret 2012

The Artist (2011)

Sepertinya sudah merupakan suatu kewajiban bagi saya untuk menerjemahkan film yang memenangkan Best Picture di setiap tahunnya. Setelah The Hurt Locker yang menang tahun 2010, dilanjutkan dengan The King’s Speech di tahun 2011 kemarin,  maka untuk tahun ini giliran film pemenang di tahun 2012 ini; The Artist. Selain sama-sama dirilis tahun 2011 lalu, mungkin kalian ada yang tahu apa dua kesamaan dari film ini dengan Hugo besutan Martin Scorsese? Jika sebagian dari kalian tidak tahu, maka saya akan menjelaskannya di sini. Pertama, tema yang diusung oleh kedua film ini adalah mengenai era keemasan film bisu (silent movie) yang berjaya di antara tahun 1920-an sampai 1930-an. Yang kedua, baik Hugo maupun The Artist sama-sama membawa pulang 5 piala Oscar di tahun yang sama. Dari kesepuluh nominasi yang diborong film ini, lima piala berhasil diperolehnya, masing-masing untuk Best Costume Design, Best Original Score dan 3 kategori yang sangat bergengsi; Best Director untuk Michel Hazanavicius, Best Actor untuk Jean Dujardin dan Best Picture. Film ini juga menuai banyak penghargaan di ajang-ajang bergengsi lainnya seperti Golden Globe, Cannes Film Festival dan BAFTA Film Award.

The Artist yang juga dinobatkan sebagai film produksi Perancis yang paling banyak mendapatkan penghargaan dalam sejarah perfilman ini memang unik adanya. Tercatat bahwa The Artist adalah film bisu pertama yang memenangkan Best Picture sejak film bisu Wings memenangkan kategori yang sama 83 tahun yang lalu. Bukan itu saja, film ini juga merupakan film
hitam-putih pertama yang menang Best Picture sejak The Apartment menang di tahun 1960. Mungkin kiranya belum termasuk Schindler’s List yang menang 18 tahun lalu karena film garapan Steven Spielberg tersebut tidak seluruhnya diambil ala hitam-putih.

Behind the Production of the Silent Movie

Sudah sejak bertahun-tahun lamanya sutradara Michel Hazanavicius berangan-angan untuk membuat sebuah film bisu. Ini disebabkan karena dirinya banyak terinspirasi oleh para sineas di era keemasan film yang saat itu belum menemukan teknologi untuk memasukkan suara ke dalamnya. Pada awalnya niat Hazanaviciuz itu belum dianggap serius, namun setelah kesuksesan film OSS 117: Cairo, Nest of Spies dan OSS 117: Lost in Rio yang disutradarainya, barulah para produser menunjukkan ketertarikannya. Untuk memulai produksi film bisu tersebut, Hazanavicius mengajak kembali dua pemain di film yang dia sutradarai sebelumnya yaitu aktor Jean Dujardin dan aktris Bérénice Bejo; istri Hazanavicius sendiri, untuk bergabung dalam proyek yang kabarnya menelan biaya sebanyak $15 juta tersebut.
Hazanavicius melakukan riset secara mendalam mengenai kondisi Hollywood di tahun 1920-an serta mempelajari film-film bisu untuk mencari teknik yang tepat agar cerita yang dijabarkan mudah dipahami penonton tanpa harus mengumbar terlalu banyak tulisan di sepanjang film nantinya. Butuh waktu 4 bulan untuk menyelesaikan naskah film bisu ini. Selama menunggu masa produksi dimulai, Jean Dujardin dan Bérénice Bejo menjalani latihan berat nyaris setiap hari selama 5 bulan lamanya untuk mempersiapkan gerakan dansa klimaks mereka dalam adegan akhir di film. Film ini pun menjalani masa pengambilan gambar selama 35 hari. Meskipun nantinya akan dipresentasikan dalam bentuk film hitam-putih,  film ini disyuting tetap dengan tetap menggunakan format berwarna. Semua rincian teknis, termasuk lensa kamera, pencahayaan dan gerakan kamera, dikalibrasi untuk mendapatkan tampilan yang tepat agar lebih meyakinkan bahwa film ini seolah dibuat tahun 1920-an. Pengambilan gambar The Artist berlokasi di Los Angeles selama 7 minggu.
The Artist diputar untuk pertama kalinya pada tanggal 15 Mei 2011 di Cannes Film Festival. Kemudian tayang perdana di Perancis tanggal 12 Oktober 2011. Film ini pun diputar secara luas di Amerika Serikat pada tanggal 25 November di tahun yang sama. Pada 14 Maret 2012, film ini telah mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari $112 juta untuk pemutarannya di seluruh dunia.

The Plot

George Valentin (Jean Dujardin) adalah seorang aktor dengan potongan rambut klimis, gigi cemerlang, kerlingan maut dan berkumis tipis. Dia seorang bintang film bisu yang dipuja oleh semua orang. Dunianya adalah studio, karpet merah, rumah mewah di Beverly Hills, dan anjing putih kecil yang setia. Istrinya yang cantik, Doris (Penelope Ann Miller) yang cantik dan berambut pirang hanya mendapat “waktu serep” di tengah kesibukannya. Ketika “sogokan” perhiasan mewah sudah tidak lagi mempan, sang istri akhirnya meminta bercerai. “George, saya tidak bahagia.” Kalimat Doris ini tampil dalam bentuk tulisan satu layar (intertitles).
Sementara sang istri meminta cerai, George sendiri sebenarnya hatinya tertambat pada seorang aktris pendatang baru, Peppy Miller (Bérénice Bejo). Pertemuan pertama mereka terjadi saat Peppy tak sengaja masuk ke area karpet merah dan kedekatan mereka disorot oleh wartawan. Pertemuan yang tak terduga itu menjadi berita utama di koran-koran. George juga yang menyarankan aktris yang belum punya nama ini agar punya ciri khas sendiri. “Jika kau ingin jadi artis, kau harus punya sesuatu yang tidak dipunyai orang lain,” kata George, lantas memberikan satu titik dengan pensil di atas bibir kanan Peppy. Peppy dan tahi lalatnya itu kemudian mengisi poster-poster dilm yang ditempel di mana-mana.
Film bicara muncul yang merupakan pertanda lonceng kematian bagi karier George berbunyi. Bioskop yang menonton film bisu mulai sepi penonton. Tak lama lagi dia bakal terlupakan jika tidak mau bermain di film bicara. Tapi George menolak karena menurutnya film bicara bukanlah karya seni dan bukan film sejati. Studio tempatnya selama ini bernaung tidak lagi membuat film bisu. Zaman sudah berubah. Penonton tak lagi cukup disuguhi dengan wajah, melainkan harus wajah berikut suara. George tetap bersikukuh dengan pendiriannya. George yang ditinggalkan istri, didepak oleh studio, ditinggalkan penonton, dan terakhir, terusir dari rumah mewahnya. Sementara itu nama Peppy Miller meroket melalui film bicara. Peppy yang sekarang menjadi mesin penghasil uang bagi studio, menggantikan George. Bagaimana selanjutnya nasib George setelah masa-masa keemasan film bisu telah berlalu? Dan bagaimana karier Peppy setelah film bicara menjadi populer menenggelamkan kejayaan film bisu? Saksikan film yang menceritakan tentang sebuah industri raksasa yang pernah sangat cemerlang, lantas meredup, hingga akhirnya mati ini. (Plot dikutip dari: Majalah Detik No.06 – 12 Februari 2012).

iMDB Rating: 8.4/10
Sutradara: Michel Hazanavicius
Pemain: Jean Dujardin, Bérénice Bejo, John Goodman, James Cromwell, Penelope Ann Miller
Batas Usia: Panduan orang tua untuk anak di bawah usia 13 tahun
Subtitle: Subscene
Film: BluRay-MediaFire  |  BRRip
Sumber Sinopsis: Rizal Adam

0 komentar: