Sabtu, 24 Maret 2012

The Godfather (1972)

The Godfather berada di urutan ke-5 di Top 100 Best Movies of All Times versi situs Rotten Tomatoes serta juga di urutan ke-2 versi AFI (American Film Institute). Film yang dirilis pada 24 Maret 1972 ini dibintangi oleh aktor-aktor kawakan (Marlon Brando dan Robert Duvall) serta bintang-bintang muda di masa itu yang telah kita kenal di saat sekarang ini, sebut saja Al Pacino, James Caan dan Diane Keaton. Film yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola ini diangkat dari novel laris karangan Mario Puzo yang terbit pada tahun 1969. Dengan naskah yang ditulis secara keroyokan oleh sang sutradara, si pengarang novel sendiri, dan Robert Towne, film ini menceritakan tentang dunia mafia yang penuh dengan intrik dan pengkhianatan. Film ini banyak mendapat tanggapan positif baik dari penikmat film hingga para kritikus sehingga tak heran film ini memenangkan 3 piala Oscar (untuk Best Picture, Best Actor dan Best Adapted Screenpaly) dan 5 piala Golden Globe di tahun 1973.

Film yang mengambil masa antara tahun 1945 hingga 1955 ini menceritakan tentang keluarga Corleone yang dikepalai oleh Don Vito Corleone (Marlon Brando). Don Corleone adalah pemimpin kelompok mafia di kota New York yang sangat berpengaruh dari sekian banyak organisasi-organisasi mafia lainnya yang tersebar di Amerika Serikat. Di awal film, penonton sudah diperkenalkan dengan cara kerja kelompok mafia arahan Don Corleone ini melalui permintaan Bonasera yang ingin membalas dendam kepada para pemerkosa putrinya serta minta tolong Johnny Fontane (Al Martino) yang ingin mendapatkan peran dari seorang produser yang membencinya. Tak tanggung-tanggung, semua permintaan itu diajukan saat
pesta pernikahan putri satu-satunya Don Corleone; Connie sedang berlangsung. Selain Don Corleone, kita pun dipekenalkan oleh para anggota keluarga Corleone seperti si putra sulung Santino “Sonny” Corleone (James Caan) yang cepat naik darah, putra yang diharapkan akan menggantikan sang ayah kelak menjalankan bisnis keluarga, kemudian ada Alfredo Corleone (John Cazale), si putra tengah yang tak terlalu cerdas dan merupakan yang terlemah di antara bersaudara, dan Michael Corleone (Al Pacino), si putra bungsu yang baru kembali dari Perang Dunia II, satu-satunya yang paling terpelajar di antara semua anak Don Corleone, serta tak ingin ikut dalam bisnis keluarga. Don Corleone juga memiliki seorang putra angkat yaitu Tom Hagen (Robert Duvall) yang menjadi penasehat dan pengacara bagi keluarga Corleone.
Keadaan mulai memanas saat gembong narkoba Virgil Sollozzo meminta Don Corleone untuk melindungi bisnis heroin milik keluarga Tattaglia. Dengan banyaknya kelompok mafia yang tersebar di kota-kota besar yang ada di Amerika, untuk melakukan kegiatan atau berbisnis di kota lain yang dikuasai oleh kelompok mafia lainnya, maka sebuah kelompok mafia lain harus meminta izin atau bantuan agar kegiatannya di kota tersebut dimudahkan. Untuk itulah, Sollozzo dan keluarga Tattaglia yang berasal dari New Jersey harus meminta usaha untuk memuluskan bisnis mereka di kota New York yang telah dikuasai oleh Don Corleone. Walaupun Don Corleone menguasai hampir seluruh sistem di kota tersebut termasuk polisi, hakim hingga politisi, dia menolak permintaan Sollozzo. Menurutnya bisnis narkoba akan membahayakan dan merugikan mereka di masa yang akan datang. Sistem yang dikuasai oleh Don Corleone tak akan lagi mendukungnya jika dia mengizinkan bisnis narkoba berlangsung di kota New York.
Penolakan itu membuat keluarga Tattaglia geram dan akhirnya melakukan usaha pembunuhan terhadap Don Corleone. Don Corleone berhasil selamat dari usaha pembunuhan tersebut mesti harus menerima konsekuensi dari penolakannya tersebut. Michael yang awalnya tak ingin masuk dalam bisnis keluarga memutuskan untuk terjun ke dalamnya demi untuk melindungi ayah dan keluarganya. Setelah membunuh orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas usaha pembunuhan tersebut, Michael kabur keluar Amerika meninggalkan keluarga serta kekasihnya, Kay Adams (Diane Keaton) untuk menghindari diri dikejar oleh keluarga mafia lainnya serta dari tangkapan polisi yang memburunya. Michael mengasingkan diri di sebuah kota kecil di Italia, menunggu saat yang tepat untuk pulang kembali ke Amerika.

The Great Actor Behind Don Corleone

Dua pilihan pertama sutradara Coppola untuk memerankan Don Vito Corleone adalah Marlon Brando dan Laurence Olivier, namun Laurence menolak melalui agennya sehingga akhirnya jatuh ke tangan Brando. Awalnya, para petinggi studio tidak setuju dengan dipilihnya Brando disebabkan karena Brando memiliki masalah dengan kesulitan menghafal dialog yang ada di naskah, dan yang paling penting bahwa Brando adalah aktor yang sangat sulit untuk diajak bekerjasama. Dibanding Brando, pihak studio lebih menginginkan Ernest Borgnine untuk memerankan karakter bos mafia tersebut. Setelah mengajukan permohonan kepada petinggi studio, Coppola pun diizinkan untuk mmilih Brando hanya dengan syarat bahwa honor yang diterima Brando nilainya kurang dibanding film yang dia bintangi sebelumnya, bersedia melakukan screen-test, dan berjanji untuk tidak menyebabkan adanya keterlambatan selama syuting film seperti yang pernah dilakukannya di film sebelumnya.
Saat melakukan screen-test, Brando yang ingin membuat Don Corleone “tampak mirip seperti seekor buldog” ini kemudian menjejalkan kapas ke dalam mulutnya untuk memberikan kesan pipinya tembem dan melorot. Penampilannya yang sangat meyakinkan itu membuat petinggi studio pun sangat terkesan dan tidak berpikir dua kali lagi untuk mengikutkan Brando. Saat proses syuting dilakukan, Brando tidak mempergunakan kapas lagi. Sebagai pengganti kapas, dia mengenakan alat pelindung gigi yang dibuat khusus oleh seorang dokter gigi. Alat yang dikenakannya selama sepanjang proses syuting kini masih dipajang di American Museum of the Moving Image di Queens, New York.
Marlon Brando saat menjalani proses makeup menjadi Don Corleone, sementara Francis Ford Coppola duduk di belakangnya.


Keputusan Coppola untuk memilih Brando terbukti bukanlah sebuah kesalahan. Melalui peran yang dibawakannya secara maksimal di film inilah, Marlon Brando memenangkan Oscar untuk nominasi Best Actor di tahun 1973. Hal yang menarik terjadi di perhelatan Oscar di tahun tersebut. Brando yang tidak hadir di acara tersebut meminta aktris berdarah Indian-Amerika sekaligus aktivis American Indian Rights; Sacheen Littlefeather (yang berpakaian suku Indian Apache) menggantikannya berdiri di atas panggung untuk menolak menerima piala Oscar tersebut. Hal ini dilakukan Brando karena ketidaksetujuannya dengan penggambaran orang-orang Indian oleh Hollywood dan televisi pasca Insiden Wounded Knee pada 27 Februari 1973. Brando sendiri mulai terlibat dalam American Indian Movement (AIM) di awal tahun 1970-an. Aksi Brando ini menjadikannya orang kedua yang menolak menerima piala Oscar setelah George C. Scott untuk film Patton (1970) melakukan hal yang sama sebelumnya.

Did You Know These Facts?

Mungkin belum banyak dari kalian yang mengetahui fakta-fakta menarik seputar film yang berhasil memberikan pengaruh kepada filmmaker lainnya untuk membuat film dengan genre yang sama sehingga lahir film-film bertema mafia dan gangster lainnya yang mengikuti kesuksesan film ini, seperti Goodfellas arahan Martin Scorsese, dan serial produksi HBO; The Sopranos. Berikut beberapa fakta yang perlu kalian ketahui.

Francis Ford Coppola adalah orang yang bersikeras meletakkan nama sang novelis Mario Puzo dalam semua judul di trilogi The Godfather. Menurutnya, sang pengarang novel yang juga penulis naskah filmnya pantas untuk diberi sorotan dengan cara ini. Hal yang sama juga dilakukan oleh Coppola saat menyutradarai Bram Stoker’s Dracula dan John Grisham’s The Rainmaker.

Salah satu momen yang mengejutkan dan tak terlupakan dalam film ini adalah potongan kepala kuda bersimbah darah yang ditemukan di atas ranjang. Potongan kepala kuda itu benar-benar asli. Coppola menyatakan bahwa kepala kuda itu dikirimkan kepadanya dari sebuah perusahaan pembuat makanan anjing. Kuda tersebut tidak dibunuh secara khusus untuk film The Godfather. Kelompok perlindungan hak-hak binatang melakukan protes dan mengecam dimasukkannya adegan ini ke dalam film. Menurut John Marley yang memerankan Jack Woltz, teriakannya itu adalah sungguhan karena dia tak diberi tahu bahwa kepala kuda sungguhan yang akan dipakai.

Marlon Brando yang punya kesulitan menghafal dan mengingat naskah menggunakan kertas petunjuk yang di atasnya dituliskan dialog dari naskah yang kemudian diletakkan di dekat kamera. Dia membaca kertas ini untuk mengucapkan dialognya. Hal ini dilakukannya hampir di seluruh proses syuting.
Kalimat “I’ll make him an offer he can’t refuse” menjadi kutipan dialog film nomor 2 di daftar AFI’s 100 Years… 100 Movie Quotes di tahun 2005.

Sutradara Francis Ford Coppola mengikutkan anggota keluarganya ke dalam film ini. Saudarinya Talia Shire memerankan Connie Corleone di sepanjang film ini dan juga dua film berikutnya. Ibunya Italia Coppola menjadi seorang figuran dalam adegan pertemuan Michael dan Sollozzo dan McCluskey di sebuah restoran. Ayahnya Carmione Coppola tampil sebagai pemain piano di adegan Matress. Kedua putranya Gian-Carlo Coppola dan Roman Coppola juga menjadi figuran dan tampak di adegan saat Sonny menghajar Carlo habis-habisan, serta adegan pemakaman di mana kedua terlihat berada di belakang Michael Corleone dan Tom Hagen. Yang terakhir adalah putrinya Sofia Coppola yang saat itu masih berumur 3 minggu. Sofia adalah bayi yang dibaptis oleh Michael Corleone menjelang akhir film.
Al Pacino, James Caan dan Diane Keaton menerima honor sebanyak $35,000 untuk kerja mereka di film ini, dan Robert Duval menerima bayaran $36,000 selama 8 minggu untuk tugasnya memerankan Tom Hagen. Marlon Brando sendiri dibayar sebanyak $50,000 selama enam minggu dan tunjangan mingguan sebesar $1,000 ditambah 5 persen dari keuntungan film ini yang totalnya mencapai $1,5 juta.

Menurut Al Pacino, dirinya nyaris saja dipecat dan dikeluarkan dari The Godfather saat syuting sedang dilakukan. Itu terjadi saat para pembesar Paramount melihat adegan awal di mana Michael Corleone berada di pesta pernikahan dan mereka menganggap Al Pacino tidak banyak melakukan apa pun di adegan tersebut. Saat mereka melihat adegan Michael menembak Sollozzo dan McCluskey, akhirnya mereka pun berubah pikiran dan Pacino pun tetap melanjutkan pekerjaannya.

Spoiler! Mystery Behind The Godfather Oranges

Kehadiran buah jeruk dalam banyak adegan di film ini (juga di dua film sekuel berikutnya) menimbulkan tanda tanya bagi banyak pihak. Awalnya, Francis Ford Coppola mengatakan bahwa ini adalah kebetulan saja. Namun begitu menyadari bahwa buah jeruk begitu seringnya muncul di film pertama ini, dia pun kemudian sengaja memasukkannya ke dalam adegan-adegan di dua film berikutnya. Menurut Dean Tavoularis, production designer The Godfather, kemunculan buah-buah jeruk ini semata-mata digunakan untuk mempercerah atmosfir film yang suram. Namun akhirnya terungkap bahwa kemunculan buah jeruk ini menandakan akan adanya kejadian yang berhubungan dengan kematian. Bagi yang belum menonton film ini, disarankan untuk tidak membaca bagian ini karena banyak mengandung spoiler atau bocoran. Berikut kronologis penampilan si buah jeruk dalam film ini.

Hagen dan Woltz bernegosiasi saat makan agar Johnny Fontaine mendapatkan peran di film terbaru yang akan diproduksi Woltz. Di atas meja, tampak semangkuk buah jeruk. Beberapa menit kemudian, Woltz menemukan kepala kuda bersimbah darah di atas tempat tidurnya.
Sebelum tertembak, Don Corleone membeli jeruk dari seorang penjual buah di sebuah trotoar.
Di pertemuan para kepala mafia, mangkuk-mangkuk berisi buah jeruk ditempatkan di atas meja (khususnya di depan para Don yang akan dibunuh).
Michael memakan jeruk selagi mendiskusikan rencananya dengan Tom Hagen.

Sebelum meninggal, Don Corleone memasukkan kulit jeruk ke dalam mulutnya untuk bercanda menakut-nakuti cucunya.

Tessio, yang dieksekusi karena mengkhianati Michael, bermain dengan sebutir buah jeruk di pernikahan Connie di awal film.
Carlo Rizzi yang mengenakan jas berwarna oranye sebelum Sonny menghajarnya habis-habisan, akhirnya dibunuh karena ketahuan sebagai penyebab terbunuhnya Sonny.


Bloopers in the First Godfather

    Blooper merupakan istilah yang diberikan untuk mengungkapkan keanehan, kesalahan, dan kejanggalan yang ada dalam sebuah film. Blooper ini bisa terjadi karena adanya beberapa faktor, antara lain editing yang kurang baik, pengambilan gambar yang kurang teliti, riset film (andai filmnya berdasarkan hal atau kejadian nyata) yang tidak akurat, dan masih banyak lagi yang lainnya yang bisa menghasilkan blooper. Nah, ada beberapa blooper yang terdapat dalam film The Godfather ini. Berikut beberapa blooper-nya:

Saat Don Corleone ditembaki di kios buah, dia menjatuhkan kantung berisi buah jeruk yang baru saja dibelinya. Namun saat dia tersungkur ke arah mobil, kantung berisi buah tersebut kini berada di atas kap mobil.
 Setelah Michael menembak Sollozzo di kepala, dia beralih ke McCluskey dan menembaknya tepat di kerongkongan. Namun saat adegan diambil dari jauh, sebelum dia menembak kepala McCluskey, bisa dilihat bahwa lubang di dahi sudah terlihat sebelum Michael menembakkan pistolnya untuk yang ketiga kalinya.
 Saat makan siang sedang berlangsung di Sisilia, perhatikan di belakang Appollonia. Dua orang, satu berpakaian merah dan satu berpakaian putih, berjalan ke arah yang sama sebanyak dua kali: satu saat pengambilan gambar dari jauh (long shot) dan satunya lagi saat kamera menyorot Appollonia dalam jarak dekat.
 Saat Moe Greene ditembak tepat di matanya, terlihat kacamatanya retak namun tak terlihat lubang peluru di mana peluru menembus kacamata tersebut.

iMDB Rating: 9.2/10
Sutradara: Francis Ford Coppola
Pemain: Marlon Brando, Al Pacino, Robert Duvall, James Caan, Diane Keaton
Batas Usia: Untuk dewasa 17 tahun ke atas untuk aksi kekerasan yang brutal, seks dan ketelanjangan, bahasa kasar dan penggunaan obat terlarang dan alkohol
Link Subtitle: Subscene
Link Film:  Mediafire
Sumber Sinopsis: Rizal Adam

0 komentar: