Sabtu, 24 Maret 2012

Inglourious Basterds (2009)

Film ini bersetting saat masa pendudukan Jerman di Perancis. Shosanna Dreyfuss, seorang putri dari keluarga keturunan Yahudi yang menetap di negara Perancis,  menjadi saksi mata atas pembunuhan keluarganya di tangan Kolonel Nazi, Hans Landa. Shosanna melarikan diri dan menuju Paris, mengubah identitasnya sebagai pemilik dan operator sebuah bioskop.

Disisi lain Eropa, Letnan Aldo Raine (Brad Pitt) mengorganisir sebuah kelompok tentara Yahudi untuk melawan Nazi yang  mereka namakan pasukan “The Basterds”. Pasukan ini sangat ditakuti oleh tentara Nazi sehingga membuat Hitler berusaha keras untuk menghancurkan pasukan yang telah membuat ciut nyali para tentaranya. Pasukan Raine melibatkan seorang aktris Jerman yaitu Bridget Von Hammersmark untuk melumpuhkan pimpinan Rezim Ketiga di bawah tirani Hitler. Nasib mempertemukan mereka di bioskop milik Shosanna, dimana Shosanna melampiaskan dendam pribadinya kepada Kolonel Landa.

Ulasan Penulis Tentang Inglourious Basterds

Siapa yang tidak kenal dengan Quentin Tarantino? Orang satu ini terkenal dengan filmnya yang nyentrik dan aneh dibanding film karya sutradara-sutradara lain. Film yang digarapnya memiliki cerita yang unik, editing yang lain dari biasanya, dan dialog yang khas. Coba tonton film karyanya seperti Pulp Fiction, Reservoir Dogs, dan dwilogi Kill Bill. Setelah menonton film-film tersebut, maka Anda pasti mengerti apa

Baca Selengkapnya......

The Godfather (1972)

The Godfather berada di urutan ke-5 di Top 100 Best Movies of All Times versi situs Rotten Tomatoes serta juga di urutan ke-2 versi AFI (American Film Institute). Film yang dirilis pada 24 Maret 1972 ini dibintangi oleh aktor-aktor kawakan (Marlon Brando dan Robert Duvall) serta bintang-bintang muda di masa itu yang telah kita kenal di saat sekarang ini, sebut saja Al Pacino, James Caan dan Diane Keaton. Film yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola ini diangkat dari novel laris karangan Mario Puzo yang terbit pada tahun 1969. Dengan naskah yang ditulis secara keroyokan oleh sang sutradara, si pengarang novel sendiri, dan Robert Towne, film ini menceritakan tentang dunia mafia yang penuh dengan intrik dan pengkhianatan. Film ini banyak mendapat tanggapan positif baik dari penikmat film hingga para kritikus sehingga tak heran film ini memenangkan 3 piala Oscar (untuk Best Picture, Best Actor dan Best Adapted Screenpaly) dan 5 piala Golden Globe di tahun 1973.

Film yang mengambil masa antara tahun 1945 hingga 1955 ini menceritakan tentang keluarga Corleone yang dikepalai oleh Don Vito Corleone (Marlon Brando). Don Corleone adalah pemimpin kelompok mafia di kota New York yang sangat berpengaruh dari sekian banyak organisasi-organisasi mafia lainnya yang tersebar di Amerika Serikat. Di awal film, penonton sudah diperkenalkan dengan cara kerja kelompok mafia arahan Don Corleone ini melalui permintaan Bonasera yang ingin membalas dendam kepada para pemerkosa putrinya serta minta tolong Johnny Fontane (Al Martino) yang ingin mendapatkan peran dari seorang produser yang membencinya. Tak tanggung-tanggung, semua permintaan itu diajukan saat

Baca Selengkapnya......

Selasa, 20 Maret 2012

Hugo (2011)

Kisah film ini diadaptasi dari novel The Invention of Hugo Cabret buah karya Brian Selznick yang diterbitkan pada tahun 2007 lalu. Bersetting di kota Paris tahun 1930-an, seorang anak laki-laki yatim piatu bernama Hugo Cabret (Asa Butterfield) tinggal di pojokan tersembunyi di stasiun kereta api. Setelah ayahnya meninggal, pamannya kemudian mengajaknya tinggal di tempat tersebut. Paman Hugo adalah pekerja di stasiun kereta tersbut yang mana tugasnya adalah merawat dan memperbaiki jam-jam besar yang ada di stasiun tersebut. Sebenarnya, keberadaan Hugo di tempat tersebut adalah ilegal sehingga mesti bermain kucing-kucingan dengan petugas pengawas stasiun (Sacha Baron Cohen) yang gemar menangkap anak-anak gelandangan tanpa orang tua dan mengirimnya ke panti asuhan. Sebelum meninggal, ayahnya meninggalkan sebuah buku catatan termasuk rencana untuk memperbaiki sebuah automaton (sebuah mesin sejenis robot yang bisa bergerak sendiri) yang bisa menulis dengan pena yang ditemukan ayahnya di sebuah museum. Sayangnya selain rusak cukup parah, automaton tersebut membutuhkan sebuah kunci berbentuk hati untuk menghidupkannya kembali. Lenyapnya sang paman yang mengajaknya ke stasiun itu membuat Hugo menjadi sebatang kara dan harus hidup mandiri.

Baca Selengkapnya......

The Artist (2011)

Sepertinya sudah merupakan suatu kewajiban bagi saya untuk menerjemahkan film yang memenangkan Best Picture di setiap tahunnya. Setelah The Hurt Locker yang menang tahun 2010, dilanjutkan dengan The King’s Speech di tahun 2011 kemarin,  maka untuk tahun ini giliran film pemenang di tahun 2012 ini; The Artist. Selain sama-sama dirilis tahun 2011 lalu, mungkin kalian ada yang tahu apa dua kesamaan dari film ini dengan Hugo besutan Martin Scorsese? Jika sebagian dari kalian tidak tahu, maka saya akan menjelaskannya di sini. Pertama, tema yang diusung oleh kedua film ini adalah mengenai era keemasan film bisu (silent movie) yang berjaya di antara tahun 1920-an sampai 1930-an. Yang kedua, baik Hugo maupun The Artist sama-sama membawa pulang 5 piala Oscar di tahun yang sama. Dari kesepuluh nominasi yang diborong film ini, lima piala berhasil diperolehnya, masing-masing untuk Best Costume Design, Best Original Score dan 3 kategori yang sangat bergengsi; Best Director untuk Michel Hazanavicius, Best Actor untuk Jean Dujardin dan Best Picture. Film ini juga menuai banyak penghargaan di ajang-ajang bergengsi lainnya seperti Golden Globe, Cannes Film Festival dan BAFTA Film Award.

The Artist yang juga dinobatkan sebagai film produksi Perancis yang paling banyak mendapatkan penghargaan dalam sejarah perfilman ini memang unik adanya. Tercatat bahwa The Artist adalah film bisu pertama yang memenangkan Best Picture sejak film bisu Wings memenangkan kategori yang sama 83 tahun yang lalu. Bukan itu saja, film ini juga merupakan film

Baca Selengkapnya......

The Girl with the Dragon Tattoo (2011)

The Girl with the Dragon Tattoo (2011)Pada tahun 2009, sineas Swedia Niels Arden Oplev sempat memancing perhatian para insan perfilman dunia kala film garapannya Män som hatar kvinnor atau dalam bahasa Inggrisnya berjudul The Girl with the Dragon Tattoo berhasil ‘menyihir’ banyak pihak, khususnya kalangan kritikus Hollywood yang dikenal dengan kritikan tajamnya. Mengangkat tema kisah penyelidikan seorang jurnalis yang disewa untuk memecahkan kasus seseorang yang sudah hilang selama 40 tahun, Oplev sukses menampilkan sebuah drama thriller yang tidak hanya solid di segi cerita, namun juga mampu mengedepankan sosok karakter kuat yang unik dalam wujud gadis hacker Lisbeth Salander. Tidak hanya itu pula, cakupan film yang kisahnya diangkat dari novel karya Stieg Larsson ini sangatlah luas dari sekadar menampilkan sosok jurnalis pemurung dan computer hacker biseksual karena di dalamnya juga memuat banyak intrik, korupsi politik, pembunuh berantai, misteri ruang tertutup ala Agatha Christie, serta adegan pemerkosaan yang mencolok.Menyajikan kisah yang sama sekali tidak umum untuk ukuran film Swedia, serta menghibur namun tetap bergaya artistik khas Eropa, film ini sukses luar biasa dan berhasil menuai banyak penghargaan dari berbagai festival film internasiona yang diikutinya. Singkatnya, film ini didapuk menjadi film Swedia terbesar sepanjang masa, bahkan menjadi salah satu film paling

Baca Selengkapnya......

Minggu, 18 Maret 2012

Fight Club (1999)

Sekitar 75 persen dari teman yang udah gue beri film Fight Club pasti mengatakan bingung filmnya bercerita tentang apa. Gue dulu juga awalnya begitu. Apalagi setelah browsing sana sini, sangat sedikit sekali situs/blog lokal yang membahas tentang film ini. Tidak mengherankan mengingat fight club dirilis tahun 1999 ditambah lagi dvd nya juga sulit dicari. Gue sendiri mesti mengunjungi lebih dari 25 kios dvd hingga akhirnya menemukannya, itupun subtitle nya masih berbahasa inggris. Gue harus berpikir keras untuk memahami kata-kata dan istilah-istilah yang keluar dari mulut tokoh utamanya dan baru benar-benar paham setelah menonton sebanyak tiga kali.
Berhubung masih banyak juga teman gue yang penasaran dengan film ini, berikut gue sajikan reviewnya. Selamat membaca! 
Fight Club merupakan film hasil adaptasi dari Novel karya Chuck Palahniuk yang berhasil memenangkan Oregon Book Award untuk kategori best novel pada tahun 1997. Konon, cerita dari fight club merupakan penggambaran dari kisah hidup novelisnya sendiri. Kesuksesan novel itu membuat seorang sutradara bernama David Fincher (yang juga menyutradarai The Social Network pada tahun 2010) tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan menggandeng beberapa aktor ternama saat itu seperti Edward Norton dan Brad Pitt.
Storyline:
Fight Club berkisah tentang seorang pria sebatang kara tak bernama (Edward Norton) yang bekerja di perusahaan otomotif. Tekanan kerja yang berat ditambah seringnya dia melakukan perjalanan bisnis ke luar kota membuatnya mengalami kelelahan fisik dan mental. Dan manifestasi yang paling nyata dari kelelahan fisik dan mentalnya itu adalah Insomnia.
Berkat “nasehat” seorang dokter, pria itu akhirnya mendapatkan suatu terapi untuk menyembuhkan insomnianya, yaitu dengan mengikuti Support Group. Remaining Man Together, support group untuk para penderita kanker testicular adalah yang pertama diikutinya sekalipun dia tidak menderita penyakit tersebut. Ajaibnya, setelah mengikuti grup tersebut dia sembuh dari insomnianya. Pria ini pun akhirnya ketagihan oleh efek dari support group sehingga setiap hari dia selalu mengikuti support group untuk penyakit yang berbeda-beda dan dengan nama samaran yang berbeda-beda pula.
Kegiatan penuh kebohongan pria tersebut terus berlanjut hingga akhirnya di suatu support group, dia bertemu dengan wanita bernama Marla Singer, seorang anggota palsu seperti dirinya. Marla hampir selalu hadir di semua support group yang ada sama seperti dirinya. Kehadiran Marla membuat pria ini merasa terusik sebab kehadiran permpuan tersebut seakan-akan menjadi cermin dari semua kebohongannya. Tidak tahan dengan hal itu akhirnya pria tersebut mengajak marla untuk mengatur jadwal kehadiran support group agar mereka tidak saling bertemu.
Hari-hari pria ini terus berlanjut hingga akhirnya dalam perjalanan liburannya ke pantai LAX pria ini bertemu seorang sales sabun bernama Tyler Durden (Brad Pitt) di pesawat. Selain bekerja sebagai sales sebuah produk sabun yang dibuat dari lemak hasil Liposuction, Tyler juga bekerja paruh waktu sebagai operator proyektor dan pelayan di sebuah hotel. Hanya saja, tyler melakukan perkerjaannya dengan cara yang gila, seperti sengaja menyelipkan suatu potongan adegan film porno pada sebuah film keluarga dan mengencingi piring-piring yang akan digunakan untuk jamuan makan malam sebuah hotel. Setelah mengobrol singkat, pria ini akhirnya tertarik dengan sosok Tyler yang dinilainya cerdas dan penuh ide-ide ekstrim. 
Namun ketika pulang, pria ini mendapati apartemennya terbakar. Hal itu memaksanya menghubungi nomor yang ada pada kartu nama Tyler karena pria itu memang tidak mempunyai siapa-siapa. Pria itu pun meminta kepada Tyler untuk mengizinkannya menginap. Tyler setuju dengan dengan syarat pria itu harus memukulnya sekeras mungkin. Awalnya pria itu merasa aneh dan enggan melakukannya, tetapi karena terus dipaksa akhirnya pria itu memukul telinga kiri Tyler. Dengan separuh tertawa, Tyler malah membalas dengan memukul dada pria itu. Perkelahian pun terjadi. Akan tetapi, perkelahian mereka bukanlah perkelahian sungguhan. Perkelahian mereka lebih untuk tujuan bersenang-senang. Mereka pun akhirnya rutin melakukan hal ini. pria itu mengaku merasa lega setiap kali selesai berkelahi dengan Tyler dan kini mulai meninggalkan terapi support group dan menggantinya dengan berkelahi di jalanan. Hingga akhirnya tindakan mereka berdua menarik perhatian banyak lelaki lain. Inilah cikal bakal terbentuknya Fight Club. Sebuah klub berkelahi tangan kosong untuk kesenangan.
Keberadaan Fight Club semakin meluas dan sebagai pendiri, Tyler menerapkan peraturan yang harus dipatuhi setiap anggotanya. Peraturannya adalah:
1.Jangan berbicara tentang Fight Club

2.Jangan berbicara tentang Fight Club

3.Jika seseorang telah mengatakan berhenti atau menyerah baik itu berpura-pura atau tidak, maka pertarungan harus berakhir.

4.Dua orang dalam tiap pertarungan dan setiap pertemuan satu pertarungan bagi yang telah siap.

5.Tanpa sepatu dan baju dalam setiap pertarungan.

6.Pertarungan berlangsung selama yang dibutuhkan.

7.Jika kamu baru bergabung di fight Club maka kamu harus bertarung.
Dalam waktu singkat anggota Fight Club bertambah banyak dan meluas hingga ke berbagai kota. Hal ini membuat Tyler melanjutkan kegiatan klubnya menjadi Project Mayhem yang bermarkas di rumahnya. Proyek ini bertujuan menghancurkan peradaban dengan melakukan berbagai aksi vandalisme ke seluruh penjuru kota. Dan sebagaimana Fight Club, Project Mayhem ini juga memiliki peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya:

1.Kau tidak boleh bertanya apapun

2.Kau tidak boleh bertanya apapun

3.Tidak ada alasan

4.Tidak ada kebohongan

5.Kau harus mempercayai Tyler
Pada mulanya, pria itu mendukung aksi project mayhem yang dipimpin oleh Tyler, akan tetapi ketika Bob, salah seorang anggota yang dulunya juga merupakan teman si pria di support group kanker testicular, tewas ditembak polisi, ia mulai kontra dan merasa ada yang tidak beres pada diri Tyler.
Puncaknya ketika Tyler berencana meledakan gedung tertinggi bernama Parker-Morris yang dianggapnya sebagai simbol kemunafikan dan kegagalan budaya masyarakat. Mengetahui rencana Tyler tersebut, si pria itu pun dengan segala cara berusaha menghentikannya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa sosok Tyler Durden sebenarnya.
Komentar
Secara keseluruhan, film ini bagus. David Fincher sangat berhasil mengeksekusi poin-poin penting dalam novel menjadi sebuah scene yang utuh dalam film. Dari segi akting, jangan ditanya lagi, Edward Norton dan Brad Pritt adalah jaminan mutu. Mereka berdua bermain sangat apik. Dialog mereka begitu mengalir dan membuat gue terkagum-kagum. 
Untuk sebuah film keluaran tahun 1999, sinematografi film ini juga patut diacungi jempol. Suasana kelam terjaga dari awal sampai akhir, plus efek-efek khusus yang dihadirkan di sela-sela cerita seperti ketika narasi menjelaskan bagaimana kronologis terbakarnya apartemen si pria juga memperkaya penggambaran suasana film.
Tapi yang menjadi keunggulan nyata dari film ini justru terletak pada endingnya. Apalagi bagi yang belum baca novelnya, ending film ini benar-benar bikin kita menggeleng-gelengkan kepala. Sangat tak terduga.
Untuk sebuah drama psikologis, film Fight Club bisa dikatakan hampir sempurna. Akan tetapi bagi yang tidak suka berpikir, atau tidak suka film-film yang terlalu banyak dialog dan berplot aneh, film ini mungkin tidak akan ditonton lebih dari 30 menit.

Baca Selengkapnya......

Selasa, 13 Maret 2012

The Shawshank Redemption (1994)

Hal-hal yang baik tidak akan pernah mati, demikian pula halnya dengan sesuatu yang bernama “Harapan”. Harapan, itulah yang dimiliki oleh Andy Dufresne (Tim Robbins) begitu dirinya dimasukkan ke Penjara Negara Shawshank yang terletak di Maine, salah satu negara bagian Amerika Serikat, pada tahun 1947. Andy divonis bersalah oleh pengadilan karena dituduh membunuh istrinya dan pria selingkuhannya dengan sadis. Meskipun menyatakan dirinya tidak bersalah atas tuduhan tersebut, namun nasib pula yang memutuskan dirinya didekam dalam penjara tersebut untuk menghabiskan masa hukumannya selama dua kali seumur hidup tersebut.
Hidupnya yang dulu megah dan berkecukupan sebagai seorang bankir muda di sebuah bank besar berubah sangat drastis begitu menyadari memasuki dunia penjara yang sama sekali asing baginya. Penjara Shawshank dijalankan oleh Kepala Penjara Samuel Norton (Bob Gunton) yang dibantu oleh ajudannya yang terkenal sangat brutal dalam memperlakukan tahanan; Kepala Sipir Byron Hadley (Clancy Brown). Tak lama berada di penjara itu, Andy memulai persahabatannya dengan seorang narapidana lain bernama Ellis Boyd “Red” Redding (Morgan Freeman) setelah bertransaksi dengan Red untuk mendapatkan sebuah martil. Katanya, martil tersebut akan digunakannya untuk

Baca Selengkapnya......

'The Raid' Disejajarkan dengan 'Avatar' dan 'Star Trek'

Meski belum dirilis, film action "The Raid" atau yang juga disebut "The Raid: Redemption" kembali membuat bangga. Dalam voting yang diadakan oleh sebuah website film ternama, IMDb, "The Raid" berhasil menduduki peringkat 44 untuk kategori film action terbaik.

Film yang diperankan oleh Iko Uwais ini juga berhasil mendapat rating yang sama dengan "Avatar" dan "Star Trek". "The Raid" memperoleh rating 8.0 dan dipilih oleh 1.322 orang. Selain "Avatar" dan "Star Trek", rating serupa juga diperoleh "Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl".

Produser Ario Sagantoro mengaku berharap jika film tersebut telah diputar, maka akan semakin banyak lagi yang memberikan suara. "Belum diputar saja sudah masuk, kami berharap setelah diputar akan lebih banyak lagi yang memberikan suara," ujar Ario.

 "The Raid" menceritakan tentang apartemen kumuh di jantung kota Jakarta yang penuh dengan pecandu narkoba dan gelandangan. Rumah petak tersebut tak pernah tersentuh oleh pihak berwenang hingga suatu fajar, sekelompok tim SWAT elit menyerang tempat itu. Rentetan tembakan dan ledakan pun terdengar di setiap sudut gedung tersebut.

Saat ini sekuel film tersebut, "Berandal", juga akan segera diproduksi. Film ini diarahkan oleh sutradara asal Wales, Gareth Evans, yang juga membesut "Merantau" (2009). "The Raid" akan ditayangkan serentak di Amerika Serikat, Indonesia, Australia, dan Kanada pada 23 Maret.

Baca Selengkapnya......